Pergeseran Pola Konsumsi Informasi : Dari Google ke TikTok dan Instagram

Tidak ada komentar

Dalam era digital yang semakin berkembang, pergeseran pola konsumsi informasi menjadi fenomena penting yang mengubah cara masyarakat mencari, menyerap, dan menyebarkan berita. Jika dahulu Google menjadi gerbang utama pencarian informasi, kini platform seperti TikTok dan Instagram mulai mengambil alih peran tersebut, khususnya di kalangan generasi muda.

 
Berdasarkan laporan Digital 2025, semakin banyak pengguna internet yang lebih memilih membuka media sosial untuk mendapatkan jawaban atas pertanyaan mereka dibandingkan mengetik di search engine seperti Google. Hal ini menandai perubahan perilaku digital yang sangat signifikan dalam konsumsi konten.

Diperingkat pertama ada TikTok. tidak hanya menjadi platform hiburan, tetapi Tiktok kini juga berfungsi sebagai sumber informasi cepat. Dengan konten berdurasi pendek dan format visual yang menarik, pengguna dapat dengan mudah memahami topik mulai dari resep masakan hingga edukasi keuangan. Fenomena ini membuat TikTok disebut sebagai Google-nya Gen Z. Sementara itu, Instagram berkembang dari sekadar tempat berbagi foto menjadi wadah penyebaran informasi visual. Banyak brand, organisasi, dan influencer memanfaatkan infografis, carousel, dan reels untuk mengedukasi followers mereka. Kombinasi estetika dan edukasi ini mendukung konsumsi informasi ringan dan cepat.

Perubahan ini tentu berdampak pada berbagai sektor. Di dunia pendidikan misalnya, guru dan lembaga dituntut untuk menyesuaikan strategi komunikasi digital. Sedangkan di dunia bisnis, merek harus bisa menyampaikan informasi produk secara singkat namun berdampak melalui platform-platform sosial yang kini mendominasi.

Tantangan, Solusi, dan Contoh Nyata

Meski efisien, konsumsi informasi instan membawa tantangan besar: maraknya informasi palsu (hoaks), kurangnya kedalaman analisis, dan filter bubble yang membatasi sudut pandang. Namun, tantangan ini bisa diatasi dengan beberapa strategi solutif berikut :

- Literasi Digital Sejak Dini

Meningkatkan kemampuan masyarakat dalam mengevaluasi sumber informasi sangat penting. Misalnya, melalui pelatihan cek fakta di sekolah atau komunitas, serta mengenalkan tools seperti Google Fact Check, Turn Back Hoax, atau plugin seperti NewsGuard.
Contoh nyata : Komunitas Mafindo (Masyarakat Anti Fitnah Indonesia) aktif mengadakan pelatihan literasi digital di berbagai kota dan bekerja sama dengan sekolah untuk menyaring hoaks di media sosial.

- Kolaborasi dengan Kreator Konten Edukatif

Menggandeng kreator konten yang kredibel untuk menyampaikan topik penting secara menarik adalah cara efektif menjangkau audiens muda.
Contoh nyata: Akun TikTok seperti @ngomongindonesia atau @pinterpolitik berhasil menyederhanakan isu sosial dan politik dalam format video singkat, informatif, dan faktual.

- Kurasi dan Moderasi Platform

Platform seperti TikTok dan Instagram perlu terus meningkatkan sistem moderasi konten serta menampilkan label peringatan pada informasi yang belum terverifikasi.
Contoh nyata: Instagram telah mengembangkan fitur “False Information” yang menandai postingan hoaks berdasarkan pengecekan dari pihak ketiga. 

Adaptasi adalah Kunci Dengan pergeseran pola konsumsi informasi yang begitu cepat, baik individu, institusi, maupun pelaku usaha harus cepat beradaptasi. Pemanfaatan platform digital baru secara strategis menjadi kunci untuk tetap relevan di tengah arus informasi yang terus berkembang.

Komentar

Size 730x120
Size 730x120